Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Bimasakti dan Aspac Paling Hebat Evaluasi Speedy NBL Indonesia Seri III di Solo



 




KEJUTAN demi kejutan selalu hadir di setiap seri Speedy NBL Indonesia 2013-2014. Pada seri III Solo yang terhenti di tengah jalan lantaran hujan abu vulkanis dari letusan Gunung Kelud itu juga melahirkan performa beberapa tim yang tidak disangka-sangka.

Di seri yang hanya berlangsung enam dari sembilan hari itu, Bimasakti adalah tim yang menunjukkan peningkatan paling impresif.

Dalam tiga pertandingan yang dijalani, Bimasakti menang dua kali. Tidak main-main, Yanuar Dwi Priasmoro dkk membekap dua tim yang secara kualitas berada di atasnya, yakni Garuda Kukar Bandung dan Hangtuah Sumsel IM.

Kemenangan 69-66 atas Garuda menjadi sejarah baru di NBL Indonesia. Tidak berlebihan dikatakan seperti itu karena itulah victory pertama Bimasakti dalam 78 laga menghadapi tim enam besar.

Sehari setelah membekap Garuda, Bimasakti tetap tampil dahsyat dengan menundukkan Hangtuah Sumsel IM dengan skor 51-49 via overtime. Tetapi, peluru peringkat kedelapan tersebut habis dalam derby Jawa Timur menghadapi CLS Knights Surabaya. Bimasakti menyerah telak 68-49.

Pelatih Bimasakti Oei Akiat mengatakan bahwa timnya memang sangat kompak sebelum berangkat ke Solo. ''Kerja sama tim kami begitu bagus. Semua saling mendukung. Entah pemain, pelatih, dan pengurus. Pemain mulai menyatu sebagai sebuah tim,'' papar Akiat.

Akiat, tampaknya, sudah menemukan komposisi terbaik dari timnya. Starter yang dipasang tampak solid. Kombinasi tiga pemain asal Blitar, Bima Riski Ardiansyah, Yanuar Dwi Priasmoro, dan Restu Dwi Purnomo, sangat baik.

Freddy Chen, pemain pinjaman CLS Knights, juga sangat membantu Bimasakti dari sisi big man . Made Indra Novrihadi cepat menjadi playmaker utama menggantikan kapten Deny Sartika yang pensiun awal musim ini.

Tetapi, kelemahan menganga Bimasakti terletak pada barisan pemain cadangan yang tidak punya kualitas sebagus starter. Hanya tiga orang yang bisa ''bermain''. Mereka adalah Barra Sugianto ( forward ), M. Alan As'adi ( guard ), dan Untung Gendro Maryono ( center ). Kalau ingin mengejar target lolos ke championship series, kondisi tersebut harus segera dicarikan solusi.

Selain Bimasakti, Aspac Jakarta tampil luar biasa di Solo. Setelah kalah empat kali dalam dua seri awal di Malang dan Jakarta, Aspac mulai menemukan taji. Mereka mengalahkan dua tim kandidat juara CLS Knights Surabaya dan Pelita Jaya Energi-MP Jakarta.

Bahkan, kemenangan Aspac atas CLS dengan selisih 28 poin (77-49) adalah margin terbesar Aspac atas CLS dalam sejarah NBL Indonesia. Ketika menekuk Stadium Jakarta dan Pacific Caesar Surabaya, Aspac juga tampil trengginas.

''Banyak pemain yang mengalami peningkatkan di Solo. Inilah yang membuat performa kami naik,'' kata Rastafari Horongbala, head coach Aspac.

Sang juara bertahan tentu gembira dengan semakin menyatunya pemain naturalisasi asal Filipina Ebrahim Enguio Lopez. Guard berusia 26 tahun tersebut sudah bisa bermain dalam tim, tidak lagi individual. Pulihnya most valuable player (MVP) musim lalu Pringgo Regowo juga membuat rotasi Aspac semakin panjang.
(nblindonesia.com)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar